Sang Tokoh Ini Punya Mimpi Besar Kepulauan Selayar Menjadi Wisata Dunia

Dipublikasikan November 21, 2021 2:30 PM oleh Admin

Dari sektor pariwisata, Kepulauan Selayar seperti sebuah berlian yang masih butuh polesan. Ada sekitar 153 tujuan wisata yang tersebar di sana. Misalnya, Pantai Baloiya, Pantai Balojaha, Pantai Bahuluang, Pantai Liang Kareta, Pantai Sunari, Perkampungan tua Bitombang yang biasa dinikmati wisatawan saat berkunjung ke Kepulauan Selayar

Dailymakassar.id – MAKASSAR. Dari perspektif sejarah, banyak versi yang menjelaskan asal mula istilah Selayar muncul. Selayar sendiri sebenarnya merupakan nama sebuah pulau. Pulau ini memanjang dari Utara ke Selatan. Bagian Utara berbatasan dengan selat Selayar, sedangkan bagian Timur, Barat, dan Selatannya berbatasan dengan laut Flores.

Konon, penamaan Selayar berasal dari kata “Salah layar” yang diberikan saat Sultan Ternate berlayar dan perahunya terdampar di suatu pulau karang. Ketika terdampar itulah, ia selalu menyebutkan “Salah layar”.

Dari penyebutan tadi, pulau ini akhirnya diberi nama “Salah Layar” dan lama-kelamaan menjadi Selayar.

Ada pula menjelaskan bahwa istilah Selayar berasal dari bahasa Sanskerta yakni cedaya. Kata cedaya telah diabadikan namanya dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca.

Cedaya artinya satu layar, karena sekitar abad ke-14, Kepulauan Selayar menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Moluccan (Maluku) dan menjadi tempat persinggahan perahu satu layar. Dari kata cedaya ini kemudian menjadi Selayar.

***

Beberapa waktu lalu, saya janjian bertemu dengan salah satu tokoh masyarakat Kepulauan Selayar di kediamannya jalan A. Rahman Hakim Kecamatan Tallo, kota Makassar.

Kebetulan rumah di jalan A. Rahman Hakim adalah kediaman H. M. Ali Gandong yang juga adalah ayah dari Bupati Kepulauan Selayar, M. Basli Ali dan juga Legislator DPR-RI Partai Nasdem, M. Rapsel Ali.

H. M. Ali Gandong yang kerap disapa Bapak Haji, ia begitu bersemangat dan berseliweran terobosan pemikirannya saat berdiskusi tentang Kepulauan Selayar.

Tidak terhitung jasa-jasanya di sana, mulai dari infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan udara, pelabuhan penyeberangan laut, pengadaan angkutan feri, sarana pendidikan, keamanan, dan pembangunan awal kantor Kejaksaan dan Pengadilan Negeri Kepulauan Selayar.

BACA JUGA  Rayakan Hari Kartini, SMA Islam Athirah 1 Makassar Gelar Upacara Bendera Penuh Semangat dan Kesetaraan Gender

Karya Bapak Haji di bidang reboisasi daerah Utara Bontomate’ne dengan tanaman jarak dan mente. Termasuk juga merintis tanam padi hingga sekarang ini Kepulauan Selayar mampu menyediakan beras bagi masyarakatnya. Belum lagi bicara tentang terobosan pembangunan tambak ikan, hotel, dan daerah wisata.

Tak ayal lagi, Bapak Haji boleh dikata sebagai tokoh pembangunan, sang visioner, dan juga motivator yang sering menularkan semangatnya agar Kepulauan Selayar menjadi lebih baik di masa datang.

Namun, Bapak Haji masih punya obsesi besar tentang Tanah Doang (Kepulauan Selayar) ini. Ia memulai diskusinya saat bertemu dengan Dahlan Iskan.

“Saya terkenang beberapa tahun lalu saat senam pagi di Taman Monas bersama Bapak Dahlan Iskan, kala itu beliau menjabat Menteri BUMN. Ketika sarapan bersama, kami ngobrol santai. Pak Dahlan didampingi petinggi BUMN dan anak saya M. Rapsel Ali. Pak Dahlan kemudian bertanya, ‘Pak Ali, berapa mil jarak antara Jeneponto dan Selayar?’ Terus terang, saya tidak tahu,” ucap Bapak Haji.

Pada kesempatan itu pula, Dahlan Iskan memaparkan dengan gamblang bahwa Kepulauan Selayar memiliki posisi yang strategis karena berada di tengah wilayah Indonesia dan kaya akan sumber daya alamnya. Baik dari sektor pertanian, pariwisara, terlebih lagi perikanan.

“Saya masih bertanya-tanya dalam hati, kenapa pak Dahlan tanyakan jarak itu?” Lanjut Bapak Haji. Ternyata, saat itu ada keinginan pak Dahlan Iskan (Sebelum menjabat Menteri BUMN, Dahlan Iskan adalah Direktur Utama PLN) membangun jaringan listrik bawah laut untuk interkoneksi wilayah, antara Jeneponto dan Kepulauan Selayar.

Model jaringan listrik bawah laut itu, seperti yang ada di Nusa Tenggara Barat yang menunjang sektor pariwisata. Dimana empat pulau wisata di NTB tersambung, yakni Lombok, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.

BACA JUGA  Peserta Didik SMA Islam Athirah 1 Makassar Awali Tahun Ajaran Baru dengan Halal Bihalal


PLN juga menggunakan sambungan serupa untuk menghubungkan Ternate dan Tidore di Maluku Utara. Di wilayah Papua menghubungkan lokasi operasional Pertambangan milik BP di Tanah Merah dengan Bintuni.

“Dari sektor pariwisata, Kepulauan Selayar seperti sebuah berlian yang masih butuh polesan. Ada sekitar 153 tujuan wisata yang tersebar di sana. Misalnya, Pantai Baloiya, Pantai Balojaha, Pantai Bahuluang, Pantai Liang Kareta, Pantai Sunari, Perkampungan tua Bitombang yang biasa dinikmati wisatawan saat berkunjung ke Selayar,” paparnya bersemangat.

Namun, ditengah paparannya itu, mimik muka Bapak Haji sedikit berubah. Seakan hatinya terbesit.

“Daya listrik di Selayar, masih minim sekali. Ini menjadi salah satu kendala masuknya investasi. Butuh sebuah terobosan agar infrastruktur tersedia. Saya yakin, dengan ketersediaan itu, geliat ekonomi masyarakat makin intens dan sektor pariwisata akan mendatangkan cash in flow berupa peningkatan pendapatan daerah,” lanjut H. M. Ali Gandong yang juga besan dari Wakil Presiden KH. Maruf Amin.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Dahlan Iskan bahwa Kepulauan Selayar memiliki kekayaan alam dari sisi Pariwisata. Dan hari ini, Pemerintah Kabupaten berkeinginan Kepulauan Selayar menjadi Destinasi Wisata Berkelas Dunia.

“Era Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kala itu Pak Arief Yahya menjabat. Beliau datang ke Selayar untuk lakukan kick off Perencanaan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata agar nantinya menjadi pilihan pelancong dalam negeri dan destinasi wisata berkelas dunia,” kenang Bapak Haji.

“Tapi, kalau tidak didukung oleh infrakstruktur berupa ketersediaan daya listrik, bandara kelas internasional, dan sarana penunjang lainnya. Pertanyaannya, apakah investasi akan masuk?” Tanyanya.


Sebuah tujuan mulia untuk kemaslahatan masyarakat dan kemajuan Kepulauan Selayar. Akan memberikan konstribusi positif bagi kemajuan negeri ini. Untuk itu, diperlukan “upaya ekstra” dan tentu saja kerjasama yang solid bagi seluruh stakeholder.

“Kepulauan Selayar di masa datang sebagai Destinasi Wisata Kelas Dunia, tanggung jawabnya bukan hanya berada di pundak Pemerintah Kabupaten. Juga, kerjasama yang solid dan apik antara instansi terkait, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat, Swasta, dan masyarakatnya sendiri. Ini adalah sebuah mimpi besar yang bisa menjadi kenyataan,” pungkasnya menutup obrolan**(RM)

Comment