SIDRAP, dailymakassar.id – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin sempat meneteskan air mata saat bicara ketimpangan masyarakat Sulsel di hadapan petani di Kabupaten Sidrap. Bahtiar merasa sedih lantaran angka kemiskinan dan stunting masih tinggi di Sulsel.
“Dan betapa ketika saya disuguhkan oleh data-data statistik Sulsel hari ini yang kita banggakan. Ternyata tingkat kemiskinannya masih 87 persen, stuntingnya 27 persen, kemudian tingkat pertumbuhan sekarang hanya 4,7 persen,” ujar Bahtiar saat memberi sambutan pada acara Dialog Tani di Desa Damai, Kecamatan Sidenreng, Sidrap, Sabtu (25/11/2023).
“Kalau kita lihat, turun dari bandara Makassar, sebelah kiri dari bandara, berdiri gedung-gedung tinggi bertingkat di Makassar itu. Bandingkanlah apa yang bapak ibu lihat,” bebernya.
“Makassar begitu tumbuh gedung-gedung. Tapi di belakang gedung itu lihatlah rakyat kita Sulsel. Tidak banyak berubah yang kita tinggalkan 20 tahun yang lalu,” lanjut Bahtiar.
Bahtiar pun tampak mengambil jeda sambil terisak sebentar. Bahtiar mengaku sangat sedih melihat ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat.
“Terus terang, sebagai gubernur, walaupun diamanahkan sementara, sedih melihat itu. Kalau kita pulang kampung, lihatlah mata orang-orang kampung, tidak banyak berubah,” kata Bahtiar sembari mengusap air matanya.
Di satu sisi, lanjut Bahtiar, banyak pemimpin yang gemar berpidato dengan hebatnya disertai dengan tepuk tangan yang riuh. Hal ini menurut Bahtiar, seringkali membuat lupa bahwa ada masyarakat kecil yang harus diperhatikan.
Sementara kita pidato di gedung-gedung yang hebat ber-AC. Di Jakarta, di Makassar. Penuh dengan tepuk tangan. Kita kadang-kadang sombong, bahwa Sulsel hebat begini dan begitu,” tuturnya.
Dia menyebut banyak orang yang mengaku sebagai pemimpin namun justru tidak membawa banyak perubahan. Bahtiar mengaku tak tega melihat mata masyarakat yang kesusahan itu.
“Lihatlah saudara kita ini. Keluarlah di desa ini, ajak mereka bicara, jabat tangannya, lihat matanya. Kalau perlu tidur di rumahnya. Ternyata, kita ini mengaku sebagai pemimpin, belum membawa banyak perubahan dan perbaikan,” ucapnya.
Bahtiar juga menyebut dirinya memang cukup emosional untuk hal seperti ini. Sebab, kemaslahatan masyarakat merupakan prinsipnya menjadi pemimpin.
“Saya terus terang, agak mellow kalau urusan seperti ini. Kenapa? Bagi saya ini prinsip sekali sebagai seorang pemimpin,” imbuhnya.
Bagi Bahtiar, pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang berhasil membawa masyarakatnya keluar dari kubangan kemiskinan. Menurutnya, percuma jika seorang pemimpin mengobral kinerjanya tapi justru tidak berdampak bagi masyarakat.
“Anda bukanlah orang hebat. Jika setelah Anda berhenti, jumlah orang miskin tidak berubah. Kalau pendapatan masyarakat tidak berubah, bukan Anda orang hebat,” paparnya.
“Percuma itu kau klaim, kau tulis dimana saja, di koran bahwa saya begini, begini, dan begini. Tidak ada gunanya. Saya senang pada orang yang riil saja, yang kerja di masyarakat,” sambung Bahtiar.
Oleh karena itu, dia menuturkan dirinya saat ini gemar mengajak bawahannya untuk mengunjungi banyak daerah di Susel. Sebab, bagi Bahtiar, persoalan Sulsel tidak dapat diselesaikan hanya dengan rapat dan pidato di kantor.
“Makanya saya ajak teman-teman di Pemprov. Saya ajak ke kabupaten/kota. Anda tidak boleh takut berlumpur. Tidak boleh takut berdebu. Kita jangan pidato-pidato di Makassar seakan-akan Sulsel ini sudah selesai dengan pidato dan rapat-rapat,” ungkapnya.
Dengan alasan itu pula, dia mengatakan sangat getol untuk mencanangkan Sulsel sebagai produsen terbesar pisang di Indonesia. Menurut Bahtiar, langkah ini adalah upaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
“Lanskap perubahan ini sedang saya gerakkan. Kita sedang mengikhtiarkan kehidupan baru,” pungkasnya. (rj)
Comment