Profil Anies Baswedan: Politisi yang Lahir dari Dunia Pendidikan

Dipublikasikan August 20, 2023 9:34 PM oleh Admin

Anies Baswedan (istimewa)

Dinamika politik jelang Pilpres 2024 semakin bergeliat. Berbagai langkah untuk mengatur strategi pemenangan mulai dilancarkan baik oleh parpol maupun tokoh yang digadang gadang menjadi Bacapres. Dari berbagai survei yang dirilis ke publik, setidaknya ada 3 tokoh yang merajai berbagai jajak pendapat. Mereka adalah Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Sebagai bentuk literasi politik ke publik, media Daily Makassar mencoba merangkum profil para kandidat Bacapres yang disarikan dari berbagai sumber. Untuk kesempatan ini kami tampilkan profil Bacapres Anies Baswedan”. (Redaksi dan Pusat Data dan Analisa)

Profil Anies Baswedan: Politisi yang Lahir dari Dunia Pendidikan

JAKARTA, dailymakassar.id – SEJATINYA, dia adalah seorang akademisi dan banyak bergelut dalam dunia pergerakan pendidikan. Ini tidak mengherankan, karena dia memang berasal dari keluarga pendidik. Ayahnya pernah menjabat Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia dan ibunya adalah guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta. Namanya Anies Baswedan.

Lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah. Sejak kecil, Anies sangat mengakrabi dunia buku. Pada usia 5 tahun, dia didaftarkan orang tuanya di taman kanak-kanak Masjid Syuhada, Yogyakarta. Setelah tamat, ia meneruskan di SD Laboratori, SMP Negeri 5, dan SMA Negeri 2. Semuanya di Kota Yogyakarta.

Di tengah-tengah menempuh pendidikan di SMA, ia mendapatkan beasiswa untuk mengenyam pendidikan satu tahun di Amerika. Akibatnya, kelulusannya di SMA Yogyakarta molor setahun. Dia baru lulus pada tahun 1989, seharusnya tahun 1988.

Setelah menyelesaikan SMA, dia masuk ke Fakultas Ekonomi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia kenudian berhak menyandang gelar sarjana ekonomi pada usia 26 tahun. Lulus dari sini, Anies langsung aktif di lembagai kajian ekonomi di almamaternya di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM.

Di tengah aktifitasnya di UGM, lagi-lagi dia mendapatkan beasiswa untuk magister dan doktornya. Dia menempuh pendidikan S2 di University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat dan S3-nya di  Northern Illinois University, Department of Political Science, Dekalb, Illinois, Amerika Serikat.

BACA JUGA  Isu Kaesang Maju di Pilgub Jakarta Terus Menggelinding, Hasto Tak Ambil Pusing

Dunia sekolah Anies, terbilang istimewa. Dia beberapa kali mendapatkan beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Tidak hanya istimewa di pendidikan, tetapi di dunia aktivis pun Anies memiliki kisah menakjubkan sejak anak-anak.

Misalnya, saat di SMA dia menjadi wakil  ketua OSIS, dan pada usia 16 tahun itu, Anies juga terpilih menjadi ketua OSIS se-Indonesia saat mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 ketua OSIS. Di perguruan tinggi, ia sama aktifnya. Jabatan Ketua Senat UGM, pada tahun 1992, dia dudukinya.

Namanya mulai menasional setelah menyandang gelar doktor di Amerika dan kembali ke Indonesia. Dia langsung mengemban tugas menjadi Direktur Riset The Indonesian Institute. Ini adalah sebuah organisasi yang berfokus pada riset dan analisa kebijakan publik.

Kariernya berlanjut, saat dia terpilih sebagai rektor Universitas Paramadhina sebagai rektor termuda di Indonesia pada usia 38 tahun. Janjinya untuk terlibat dalam membenahi Indonesia melalui pendidikan dia gelorakan dengan berbagai kegiatan.

Baginya, dunia akademisi dan pergerakan pendidikan tak cukup dengan sekolah dan lembaga pendidikan formal semata. Maka dia pun merasa perlu mengajak semua orang terlibat. Maka lahirlah Gerakan Indonesia Mengajar.

Kegiatan yang dilakukannya adalah mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa menjadi pengajar di Sekolah Dasar di daerah-daerah terpencil di pelosok Indonesia. Tidak hanya itu, dia juga menginisiasi kelas inspirasi dengan menggerakkan ribuan orang di berbagai kota untuk mengorganisir dan mengajar selama satu hari di Sekolah Dasar.

Walaupun memang tidak terlalu gemilang, namun ink bukan halangan baginya untuk berhenti dalam dunia pergerakan ini. Dia pun kembali menginisiasi Gerakan Turun Tangan dan mengajak  semua orang terlibat mengurus negeri membantu dan mendorong calon pemimpin muda berpotensi dan bersih.

BACA JUGA  Bocoran Taufan Pawe Soal Usungan Golkar di Pilgub Sulsel

Dari berbagai aktifitasnya inilah yang kemudian membawanya ke panggung politik. Dia pun mencoba menjadi peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, namun kalah dalam konvensi tersebut.

Karier politiknya mulai melejit saat dia terlibat turun tangan membantu pasangan capres Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut. Pasca Pilpres, dia menjadi bagian tim transisi presiden terpilih. Cita-citanya tentang pendidikan mulai terwujud saat dia dipilih Jokowi menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Kerja 2014 hingga 2019.

Namun, di tengah menjalani tugasnya, ia terkena reshuffle kabinet Jokowi pada 27 Juli 2016. Tak jadi menteri, Anies diminta Prabowo Subianto untuk maju bersama Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017.  Hasilnya kemenangan. Pada 16 Oktober 2017, ia bersama Sandiaga Uno dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di tahun 2017.

Kini, jelang Pilpres 2024, dia kembli digadang-gadang menjadi salah satu calon presiden. Hal ini tidak mengherankan, karena namanya memang senntiasa tembus dalam 3 besar capres dengan elektabilitas tertinggi. Maka dengan inisiatif partai NasDem, dia pun diusung dan membentuk koalisi bersama PKS dan partai Demokrat.

Satu hal yang cukup menonjol dari Anies kemampuannya mengidentifikasi diri dalam beberapa kelompok Islam. Dia banyak dinilai sebagai tokoh pemimpin muda yang mampu membawa perubahan.

Namun di sana pulalah kekurangan menyertainya. Dia terlanjur banyak di cap sebagai tokoh yang kerap memakai isu-isu politik identitas dalam aktifitas politiknya. Padahal kita tahu, Indonesia dibangun dengan susah payah untuk menyatukan demikian banyak perbedaan dan keberagaman. Dengan label ini, oleh para pengeritiknya, ia dianggap sangat  berpotensi menjadi tokoh pemecah persatuan, walau hal itu beberapa kali dibantahnya. Namun bagaimana pun, Anies adalah salah satu putra terbaik bangsa yang kita miliki. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kita layak menempatkannya sebagai tokoh dan calon pemimpin yang potensial. (Tim)

Comment