Sudah 30 Tahun Eksis Berjualan, Begini Cara Es Teler Panaikang Pertahankan Cita Rasa

Dipublikasikan May 25, 2024 12:13 PM oleh Admin

Es Teler Panaikang Makassar (ist)

MAKASSAR — Sudah 30 tahun lebih berdiri, Es Teler Panaikang di Jl. Urip Sumaharjo, Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, masih eksis sampai sekarang.

Meskipun berjualan di area pekuburan Kristen, pembeli tetap ramai berdatangan untuk mencicipi minuman legendaris tersebut.

Pasalnya, Es Teler Panaikang disebut-sebut sebagai warung es teler pertama di Kota Makassar.

“Memang itu Hajiku pintar berdagang, dia yang pertama buat es teler, tidak adapi yang lain,” kata Nur Hayati, Kamis (26/10/2023).

Haji dimaksud Nur Hayati adalah Abdul Rasyid, sang pemilik Es Teler Panaikang.

Sementara Nur Hayati adalah anak dari Abdul Rasyid, alias generasi kedua Es Teler Panaikang.

Abdul Rasyid meninggal dunia sekira tiga tahun lalu di usia 85 tahun.

BACA JUGA  Sekjend Gerindra: Semoga Andi Amran Jadi Menteri Kembali

Semasa masih diurus Abdul Rasyid, ia enggan membuka cabang.

Namun kini sudah memiliki dua cabang yang dikelola anak-anaknya.

“Cabangnya ada di Sudiang dan Maros, saya dan saudaraku yang kelola itu,” kata Nur di sela kesibukannya melayani pembeli.

Wanita 56 tahun itu mengaku usaha ayahnya ini dikelola sendiri dan selalu memakai bahan-bahan baru dan segar.

Hal itu demi mempertahankan cita rasa dan ciri khas Es Teler Panaikang.

“Hajiku racik sendiri bahannya, dan kelola sendiri, sampai saat ini kami selalu menerapkan itu, bahan-bahan yang dipakai juga selalu baru,” ujarnya.

Nur Hayati mengatakan, eskipun sekarang ini sudah banyak penjual es teler di Kota Makassar, namun Es Teler Panaikang rasanya tidak berubahsejak awal dibuka sampai sekarang.

“Sekarang ini sudah banyak orang yang jual es teler, tetapi es teler kami beda dari yang lain, rasanya tetap seperti dulu, karena gula yang kami pakai gula khusus,” ucap dia.

BACA JUGA  MUI Sulsel Imbau Jemaah Haji Makassar Tak Tampil Bermewah-mewah, Kesannya Timbulkan Kesombongan

Ia menambahkan, walaupun ayahnya hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) yang dulu dikenal dengan Sekolah Rakyat (SR), tetapi mampu menciptakan usaha turun-temurun.

“Hajiku itu tidak sekolah tinggi, hanya lulusan SR tapi dia pintar membaca, jadi dia bisa buat usaha ini,”. katanya lagi.

Ditanya lokasi berjualannya, ibu enam anak ini mengatakan memilih area perkuburan karena dekat dari rumahnya.

“Hajiku sudah lama jualan di sini, karena dekat dari rumah, tidak ada alasan lain kenapa kita buka di daerah kuburan, banyak orang salah beranggapan karena kita buka di area perkuburan,” ucap Nur hayati. (*)

Kontributor: Fajar Ahmad Wahyuddin

Comment