China Meradang Dituding Ukraina Begini

Dipublikasikan June 12, 2024 7:16 PM oleh Admin

Xi Jinping dan Zelensky

DAILYMAKASSAR.id, JAKARTA — Hubungan China dan Ukraina tiba-tiba memanas. Beijing membantah tudingan dari Kyiv bahwa pihaknya menekan negara-negara lain agar tidak menghadiri pertemuan puncak perdamaian Ukraina yang akan datang.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada Senin (3/6/2024) membantah tuduhan tersebut. Ia mengatakan bahwa “hegemonisme dan politik kekuasaan bukanlah gaya diplomatik China.”

“Tidak ada yang namanya China menekan negara-negara lain,” katanya.

Ia menambahkan bahwa posisi Beijing dalam perundingan tersebut “terbuka dan transparan” serta tetap “adil dan jujur.”

Tuduhan tersebut awalnya dilontarkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selama Dialog Shangri-La di Singapura pada Minggu (2/6/2024) lalu. Ia mengeklaim Rusia menggunakan pengaruh Beijing di Asia untuk mengganggu perundingan perdamaian yang digelar pada Juni.

BACA JUGA  Brunai Darussalam Mendadak Masuk dalam Daftar Hitam AS, Karena Apa?

Perundingan damai, yang dijadwalkan berlangsung di Swiss pada 15-16 Juni, akan difokuskan pada invasi Rusia selama lebih dari dua tahun ke Ukraina, yang dimulai sejak Februari 2022 lalu.

Menurut Zelensky, pertemuan puncak itu akan membahas sejumlah topik termasuk rencana perdamaian Ukraina, keamanan nuklir, keamanan pangan, dan pemulangan anak-anak Ukraina yang diculik dari Rusia.

Zelensky menambahkan lebih dari seratus negara dan organisasi internasional akan hadir. Meski begitu, Rusia disebut belum diundang ke pertemuan puncak tersebut.

China sendiri telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan dialog mengenai perang di Ukraina, dan mengatakan akan membantu memfasilitasi perundingan damai.

BACA JUGA  10 Negara dengan Utang Terbanyak ke Bank Dunia, Bagaimana Indonesia?

Namun, Mao menegaskan kembali bahwa Beijing kemungkinan akan melewatkan perundingan Swiss karena tidak memenuhi tiga syarat penting: pengakuan dari Rusia dan Ukraina, partisipasi yang setara dari semua pihak, serta perundingan yang adil tentang semua rencana perdamaian.

“Pertemuan itu tampaknya belum memenuhi ketiga elemen ini dan itulah sebabnya China tidak dapat mengambil bagian dalam pertemuan itu,” tambahnya.

China selama ini dipandang sebagai sekutu Moskow yang semakin berkembang. Sebelumnya kedua negara menggembar-gemborkan persahabatan “tanpa batas” sejak Februari 2022 saat mereka berupaya melawan pengaruh global Amerika Serikat (AS).

Putin belum lama ini juga bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Keduanya setuju untuk lebih meningkatkan perdagangan dalam menghadapi tekanan dan sanksi Barat yang ditujukan untuk mengekang dugaan dukungannya terhadap upaya perang Rusia. (*)