Zelensky Kecam Keras China, Analis: Ini Bisa Jadi Bumerang Bagi Kyiv

Dipublikasikan June 13, 2024 10:58 AM oleh Admin

Xi Jinping dan Zelensky

DAILYMAKASSAR.id, JAKARTA — Kritik keras dan terbuka Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terhadap China atas hubungannya dengan Rusia dan sikap dinginnya terhadap pertemuan puncak perdamaian yang akan datang dapat berakhir menjadi bumerang bagi Kyiv. Hal ini disampaikan para analis.

Para analis China mengatakan luapan amarah Zelensky merupakan langkah berisiko yang dapat membuat Beijing marah dan terasing, dan mendorongnya lebih dekat ke Rusia.

“China lebih suka menempatkan dirinya sebagai pembawa perdamaian yang baik hati, dan ingin agar pemimpin Ukraina menegaskan peran, hubungan, dan kisah itu,” kata Astrid Nordin, ketua Lau Hubungan Internasional China di King’s College London, Kamis (6/6/2024).

“Risiko bagi Ukraina karena menolak memainkan peran penerima kebaikan hati China adalah para pemimpin China mungkin mengubah naskah menjadi naskah di mana China menekankan perannya sebagai benteng yang kuat melawan hegemoni Barat, bergandengan tangan dengan Putin,” katanya.

BACA JUGA  Brunai Darussalam Mendadak Masuk dalam Daftar Hitam AS, Karena Apa?

Nordin menyebut Zelensky tidak akan memperoleh banyak keuntungan dari memposisikan dirinya dengan cara yang mendorong para pemimpin China seperti ini. Ia mencatat China dapat dengan mudah mengisyaratkan perubahan hati terhadap Kyiv dengan “perlakuan keras terhadap Ukraina dan dukungan yang mengakar bagi Putin.”

Jie Yu, peneliti senior tentang China di lembaga pemikir Chatham House yang berbasis di London, mengatakan komentar Zelensky terhadap China secara khusus menunjukkan “ketidakpuasannya pada keselarasan China-Rusia yang lebih dekat daripada menyerahkan Beijing secara keseluruhan.”

“(Ukraina) membutuhkan sebanyak mungkin negara untuk berkontribusi pada proses rekonstruksi pascakonflik. China mungkin memainkan peran penting dalam rekonstruksi tersebut mengingat investasi yang ada di Ukraina yang dilakukan dalam dua dekade terakhir,” katanya.

Tidak hanya China, tetapi beberapa negara ekonomi berkembang, seperti India, Afrika Selatan, dan Brasil semuanya telah memilih posisi yang sangat mirip dengan yang dilakukan Beijing.”

Pemerintah Ukraina, katanya, “tidak ingin menolak mereka sepenuhnya,” tetapi risikonya adalah bahwa Beijing melihat pertemuan puncak perdamaian itu sebagai “ajang untuk menuduh negara manapun yang tidak berpihak pada Ukraina.”

BACA JUGA  10 Negara dengan Utang Terbanyak ke Bank Dunia, Bagaimana Indonesia?

Tuduhan ke China awalnya dilontarkan Zelensky selama Dialog Shangri-La di Singapura pada Minggu (2/6/2024) lalu. Ia mengklaim Rusia menggunakan pengaruh Beijing di Asia untuk mengganggu perundingan perdamaian yang digelar pada Juni.

Perundingan damai, yang dijadwalkan berlangsung di Swiss pada 15-16 Juni, akan difokuskan pada invasi Rusia selama lebih dari dua tahun ke Ukraina, yang dimulai sejak Februari 2022 lalu.

Menurut Zelensky, pertemuan puncak itu akan membahas sejumlah topik termasuk rencana perdamaian Ukraina, keamanan nuklir, keamanan pangan, dan pemulangan anak-anak Ukraina yang diculik dari Rusia.

Zelensky menambahkan lebih dari seratus negara dan organisasi internasional akan hadir. Meski begitu, Rusia disebut belum diundang ke pertemuan puncak tersebut.

China sendiri telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan dialog mengenai perang di Ukraina, dan mengatakan akan membantu memfasilitasi perundingan damai. (*)