Puluhan Kader PMII UINAM Cabang Gowa Segel Gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar, Ini Tuntutannya

Dipublikasikan October 15, 2021 9:51 PM oleh Admin

Puluhan Kader PMII UINAM Cabang Gowa Segel Gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar, Ini Tuntutannya

Dailymakassar.id – Gowa. Puluhan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Cabang Gowa geruduk gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar. Jumat (15/10/2021)

Dalam aksi itu, PMII UINAM Cabang Gowa menuntut kepada para Stakeholder di kampus peradaban untuk mengevaluasi kinerja dosen, memberlakukan kuliah offline secara general, stop komersialisasi pendidikan, stop diskriminasi mahasiswa serta segera melakukan peninjauan ulang penetapan kategorisasi Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Asfar selaku jenderal lapangan (Jendlap) mengatakan bahwa PMII UINAM Cabang Gowa melakukan aksi unjuk rasa (unras) di depan gedung Rektorat semata-mata untuk memperjuangkan hak-hak mahasiswa yang selama ini di diskriminasi oleh pihak birokrasi

“Kami (PMII UINAM Cab. Gowa) melakukan Unras di depan gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar dengan mengangkat grand issue yaitu kampus UINAM wajah Kapitalis, karena kampus hari ini menjadikan mahasiswa sebagai instrumen keuntungannya”. Ujarnya

BACA JUGA  Telkom Dukung Percepatan Digitalisasi UMKM dan Startup Melalui Kelas Akselerasi Bisnis

Ia juga menuturkan bahwa sebagian oknum-oknum dosen yang tidak bertanggung jawab mewajibkan serta mengharuskan para mahasiswa kampus peradaban untuk membeli buku yang disedorkan dan apabila tidak membeli buku itu, maka mahasiswa  akan terkena imbas di nilai mata kuliah dari dosen tersebut.

Selain itu, Asfar menyampaikan bahwa banyak mahasiswa di tingkat akhir atau mahasiswa yang sementara proses penyelesaian mendapatkan diskriminasi dari dosen yang menjadi pembimbing mereka.

“Selain dari pada itu, tuntutan yang kami bawa ialah banyaknya mahasiswa tingkat akhir atau semantara penyelesaian itu di diskriminasi, contohnya ialah lambatnya respon dari pada dosen yang bersangkutan, bahkan memakan waktu hingga 1 bulan lebih lamanya, sedangkan salah satu mahasiswa lainnya itu hanya mendapatkan respon 1 sampai 2 hari saja, inilah salah satu bentuk pendiskriminasian terhadap mahasiswa”. Tuturnya

BACA JUGA  NU Bontoala Gelar Halaqah Ramadan di Masjid Al Fattah, Pengurus: Pintu Kami Terbuka Lebar

Kata Asfar, selain dari pada tuntutan di atas, kategorisasi Uang Kuliah Tunggal (UKT) juga menjadi hal penting yang diperjuangkan para kader PMII UINAM Cabang gowa, karena dalam penetapan UKT/BKT banyak tidak sesuai dengan pendapatan orang tua para mahasiswa

“Hal paling penting yang mendorong hati nurani para sahabat-sahabat (sebutan akrab di PMII) ialah persoalan penetapan kategorisasi UKT/BKT, kami menganggap penetapan UKT/BKT itu cacat prosedur dan tidak tepat sasaran, kenapa kami katakan demikian karena syarat untuk mendapatkan kategori (UKT) satu, itu adalah anak yatim piatu, tetapi fakta dilapangan itu banyak yang bukan anak yatim piatu itu kemudian mendapatkan UKT satu, bahkan ada yang yatim piatu itu mendapatkan UKT 4”. Ungkap Asfar

Hal itu, yang membuat para aktivis PMII UINAM Cabang Gowa untuk melakukan unjuk rasa di depan gedung Rektorat UIN Alauddin Makassar. (Tbr)

Comment