
Saat ini arus komunikasi dan informasi di dunia sedang ‘berlari kencang’. Revolusi teknologi informasi mengubah wajah dan dinamika dunia terkait komunikasi informasi. Banjir informasi mengalir deras hingga ke relung yang paling privat dalam keseharian kita
Dailymakassar.id – DARI berbagai penelitian didapatkan bahwa media arus utama seperti koran, majalah, televisi dan radio mulai mengalami kesulitan dalam mempertahankan pembaca mauoun audensnya. Bahkan kini, media arus utama mau tak mau harus beradaptasi terhadap perubahan tersebut untuk tetap bertahan hidup.
Munculnya teknologi ‘turunan’ internet yang biasa disebut Media Sosial (medsos) kemudian membalikkan semua kemapanan modek komunikasi dan informasi yang ada.
Keniscayaan perubahan arus zaman ini dengan sendirinya juga memunculkan dampak, baik positif maupun negatif. Dampak positif dari perubahan ini adalah adanya demokratitasi informasi dan komunikasi. Bila dulu, arus informasi dan komunikasi hanya bergerak satu arah, bersifat top-down dan terkontrol, maka saat ini, semuanya semuanya seakan runtuh. Arus komunikasi dan informasi, saat ini menjadi bergerak dua arah dan bersifat interaktif serta parsitipatif.
Namun yang memprihatinkan adalah dampak negatif yang mengiringi perubahan teknologi informasi ini. Munculnya hoaks, fake news dan ujaran kebencian demikian gampang diproduksi, direproduksi dan didistribusikan dengan kecepatan penyebaran yang cukup dahsyat.
Dari berbagai riset yang ada, fenomena hoaks, ujaran kebencian di jagat medsos masih banyak berseliweran. Hal ini menunjukkan belum maksimalnya kita dalam meredam fenomena tersebut.
Salah satu upaya untuk bisa sedikit banyak meredam massifnya hoaks, ujaran kebencian di medsos adalah dengan melakukan literasi media kepada masyarakat. Literasi media ini merupakan upaya mengubah secara perlahan minset masyarakat dengan melakukan penyadaran bila tidak semua yang ada di medsos merupakan realitas kebenaran.
Literasi media adalah upaya agar masyarakat mampu secara kritis menganalisa, menyaring serta meningkatkan referensi untuk mampu memilah mana informasi yang benar mana yang tidak.
Di samping literasi media, masyarakat juga sangat perlu memperoleh penyadaran terkait literasi politik. Hal ini dikarenakan, dari berbagai penelitian yang ada, 80 persen hoaks, ujaran kebencian masuk dalam kategori hoaks politik dan ideologi.
Dengan adanya literasi media yang dibarengi literasi politik, bisa diharapkan jagat medsos semakin ‘sehat’ dan mampu menjadi pilar ke 5 dalam proses demokratisasi. Dengan sendirinya bila hal itu terwujud, jagat medsos bisa menjadi wadah aspirasi serta pengontrol yang sangat efektif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. (Redaksi)
Comment