
Di ujung Utara Kota Makassar, nampak sebuah lapak kecil yang tak pernah sepi dari pelanggan. Di sanalah Daeng Sule, seorang pedagang kelontong menyulam kehidupannya. Senyuman selalu merekah setiap kali ia bercerita tentang usahanya yang perlahan bertumbuh.
“Dulu, saya hanya menjual kebutuhan sehari-hari dengan jumlah yang sangat terbatas. Kadang pembeli kecewa karena barang tidak tersedia. Alhamdulillah, kini sudah berubah. Stok bertambah, usaha pun berkembang. Semua itu berkat modal pinjaman dari Bank Mandiri,” bebernya dengan wajah berpendar bahagia.
Kisah Daeng Sule hanyalah satu mozaik kecil dari sekian banyak wajah pejuang UMKM di Kota Makassar. Sejak keduanya bergerak seirama, tercipta simbiosis mutualisme yang berujung kokohnya perekonomian bangsa. Di titik inilah, mimpi-mimpi sederhana menyatu dengan kerja keras, menjelma nyata, dan memberi makna kehidupan.
***
Masih segar dalam ingatan, saat krisis 1997–1998 melanda Indonesia. Kala itu, banyak perusahaan yang gulung tikar, konglomerasi porak-poranda, hingga sektor perbankan runtuh. Namun, tanpa diperhitungkan dan sering dipandang sebelah mata, UMKM justru berdiri tegak, menyumbang 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menjadi penopang yang menyelamatkan perekonomian negeri.
Dua puluh tujuh tahun kemudian, peran itu tak pernah pudar. Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2024 mencatat, UMKM berkonstribusi sebesar 61,07% PDB nasional dengan 64,2 juta unit usaha. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti nyata: UMKM adalah tulang punggung bangsa, penyerap tenaga kerja, sekaligus penggerak roda kesejahteraan.
Menyadari peran strategis ini, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk hadir sebagai mitra yang tak hanya menyalurkan kredit, tetapi juga menyalakan harapan. Paruh pertama tahun 2025, penyaluran kredit UMKM Bank Mandiri tumbuh signifikan, mencapai ratusan triliun rupiah dengan jangkauan ke seluruh pelosok Indonesia.
Comment