EDITORIAL — “Semoga pilihan Anda mencerminkan harapan Anda, bukan ketakutan Anda” — Nelson Mandela
KETIKA sebuah peristiwa membawa harga besar untuk masa depan generasi berikutnya, pilihan harus dijejakkan. Keberpihakan harus dimulai. Dan pilihan kita hari ini mencoba meletakkan akal sehat publik dalam gemuruh politik praktis yang membengkalaikan napas demokrasi yang konstitusional.
Sebuah media yang bebas senantiasa menanggung utang budi pada demokrasi. Dalam ruang berdemokrasilah kebebasan mengemukakan pendapat masih mendapat tempat. Di sanalah media diletakkan sebagai pilar ke-empat dalam sistem demokrasi. Dan ketika pilar yang lain, seperti legistatif telah dinilai keropos dan manipulatif dalam menjaga nilai-nilai demokrasi, maka media harus tetap berdiri dalam pijakannya menyuarakan kebebasan.
Sebuah media harus berpihak. Bukan pada siapa dan apa, namun pada nilai-nilai substansial yang menjadi napas kehadirannya. Oksigen yang membuat eksistensi media bukan melulu berdasar komersial, namun juga menjaga marwah institusi demokrasi agar tetap terjaga.
Hari-hari ini, ketika kita saksikan sebuah anomali dalam hidup bernegara, di mana institusi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hanya bermain dalam ruang kepentingan dan keuntungan praktis semata, media harus punya sikap.
Sikap ini bukan untuk ikut bermain dalam sengketa kepentingan praktis, namun sikap untuk bisa berkata “cukup” kepada siapa pun yang ingin mencederai demokrasi sebagai sebuah sistem nilai bernegara. Karena pada kepentingan publiklah media senantiasa berpihak. (Redaksi)